Seni Boria di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang |
Menurut Tengku Luckman Sinar (dalam Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu), dalam seni budaya Boria ini melibatkan sekumpulan orang berpakaian aneka ragam. Mereka berbaris dan mengunjungi rumah-rumah orang terkemuka sambil bernyanyi dan biasanya dengan iringan tambur. Perkataan “boria” berasal dari bahasa Hindustan berarti “tikar” (disini tikar untuk sembahyang) dan dapat ditelusuri asal usulnya dari Persia.
Sejarah Boria awalnya dibawa oleh serdadu Hindustan ke Penang dari Resimen ke 21 yang tiba dari Madras tahun 1845. Kedatangan mereka ke Penang karena didalam bulan Muharram mereka diberi cuti 10 hari untuk memperingati kematian Saidina Hasan dan Saidina Husin (cucu-cucu Nabi Muhammad Saw), yaitu putera dari Saidina Ali, yang terbunuh di padang Karbela. Setelah berbaris mereka mendatangi rumah orang-orang terkemuka dengan berbaris dan bernyanyi diiringi musik yang memakai alat-alat gendering, simbal dan terompet.Setelah pimpinannya menyanyi kemudian diikuti bersama-sama oleh orang banyak. Pimpinan lalu menunjukkan tangannya yang merah berwarna darah dengan disertai nyanyian yang memuja Saidina Hasan dan Husin.
“Tabuik” (tabut) di Sumatera Barat dan Di Bengkulu juga berasal dari Hindustan, ketika Inggris berkuasa di pantai barat Sumatera pada abad ke 19. Jadi di sini kita dapati sesuatu bersifat ritual keagamaan yang mempunyai pengaruh sekte Syiah. Ketika rombongan Bangsawan “Indian Ratu” kepunyaan Sultan Serdang kembali dari tournya di Perbaungan maka mulai turun dari kereta api itu menuju istana Sultan di kota Galuh ( biasanya 1 Muharram) dengan bernyanyi dan berpakaian aneka ragam .
Tetapi sekarang jenis kesenian ini sudah tidak ada lagi di Sumatera Timur. Boria di Malaysia telah menjadi drama, tarian, nyanyian oleh tukang karang dan tawak pada tahun 1950-an.
0 Response to "Sejarah Budaya Boria di Kawasan Melayu"
Posting Komentar