Tepat setelah kematian, kerabat terdekat akan memeluk dan merangkul orang yang meninggal. Tubuh akan dibiarkan selama tiga hari sampai utusan dan kerabat datang, kemudian keluarga mempersiapkan tubuh mayat untuk dimakan dengan membangun pembakaran, menghilangkan organ vital, dan akhirnya memanggang tubuhnya. Organ penting termasuk jantung dan hati akan dimakan sedangkan rambut akan dibakar. Konsumsi daging akan meredakan kesedihan keluarga, karena itu berarti jiwa orang tersebut sedang disimpan dalam tubuh hidup dari kerabat, bukannya ditinggalkan mengembara hutan.
Di masa lalu, bagi masyarakat suku Wari, gagasan meninggalkan tubuh orang yang dicintai di tanah dan membiarkannya membusuk adalah hal yang tabu dan menjijikkan bagi suku ini. Sehingga praktek kanibalisme ini dianggap sebagai cara terbaik untuk mengekspresikan tindakan belas kasih dan cinta yang melambangkan duka.
Namun pada tahun 1950, pengusaha lokal Brazil yang ingin membuka lahan yang ditempati oleh suku Wari untuk pembangunan komersial menyewa pembunuh bayaran dengan senapan untuk membunuh penduduk asli. Akibatnya, lebih dari 25 persen kematian suku Wari terjadi dan pemerintah mulai turun tangan untuk menghentikannya. Selama beberapa tahun , masyarakat suku Wari menjadi tergantung pada pemerintah dan misionaris untuk makanan dan obat-obatan . Sehingga mereka menggunakan pengaruh mereka untuk menghentikan kanibalisme dan membuat suku Wari mengadopsi praktik penguburan Barat.
Jejak Kanibalisme (4)
0 Response to "Jejak Kanibalisme (3): Compassionate Cannibalism, Pemakan Manusia Bermotif Rasa Cinta"
Posting Komentar